Mari Membatik

Beberapa waktu yang lalu, komunitas Love Our Heritage mengadakan kegiatan bertajuk ‘Membatik Asyik di Museum Tekstil’ yang berlangsung pada 12 Februari lalu. Dengan biaya 75 rb, kami dengan antusias mengikuti acara yang diadakan di Museum Tekstil, Jakarta.

Museum Tekstil ini menempati gedung tua bergaya Art Craft di Jalan K.S. Tubun / Petamburan No. 2-4 Tanah Abang, Jakarta Barat 11420. Gedungnya sendiri pada mulanya adalah rumah pribadi /Landhuis (villa)seorang warga negara Perancis yang dibangun pada abad ke-19. Kemudian dibeli oleh konsul Turki bernama Abdul Azis Almussawi Al Katiri yang menetap di Indonesia. Selanjutnya tahun 1942 dijual kepada Dr. Karel Christian Cruq.

Di masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, gedung ini menjadi markas Barisan Keamanan Rakyat (BKR) dan tahun 1947 didiami oleh Lie Sion Pin. Pada tahun 1952 dibeli oleh Departemen Sosial dan pada tanggal 25 Oktober 1975 diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta yang untuk kemudian pada tanggal 28 Juni 1976 diresmikan penggunaannya oleh Ibu Tien Soeharto sebagai Museum Tekstil.

Kami tiba di Museum tersebut, sekitar jam 8 pagi. Masih sepi, karena acaranya sendiri baru dimulai pada pukul 9 pagi. Museum pun masih tutup. Jika ingin ke Museum ini, harus benar-benar memperhatikan, sebab Museum ini tidak terlalu kelihatan dari jalan, tertutup oleh padatnya pedagang kaki lima di depan museum.

Kami pun berkeliling di museum ini. Ada tiga bangunan yang tampak dari luar, yaitu bangunan yang paling besar, yang merupakan bangunan inti dari museum tekstil, bangunan yang lebih kecil, merupakan galeri batik, dan yang terakhir bangunan rumah panggung terbuat dari kayu, merupakan ruang workshop tempat kegiatan membatik akan berlangsung.

Acara dimulai dengan pembagian name tag, snack dan pin batik, dilanjutkan dengan penjelasan singkat dari pegawai Museum Tekstil mengenai teknik membatik. Selanjutnya, masing-masing peserta dibagikan selembar kain mori yang sudah ada pola gambarnya, berukuran 20 cm x20 cm. Jika ingin, kita juga bisa menggambar pola atau menjiplak pola gambar yang sudah ada, seperti bunga, motif hiasan, dan binatang.

Di dalam ruang workshop, sudah disiapkan beberapa kompor yang memanaskan wajan berisi cairan malam (lilin) dikelilingi oleh 5-6 kursi-kursi kecil. Tahap yang pertama adalah pelekatan cairan lilin/malam pada kain menggunakan canting. Pelekatan itu bertujuan untuk menolak warna, jadi kain yang tertutupi cairan lilin akan tetap mempunyai warna dasar kain. Selain dengan canting, pelekatan juga bisa dilakukan dengan kuas, dan canting cap.

Tangan kami yang kaku pun perlahan-lahan mulai menggoreskan canting ke atas kain. Karena masih pemula, banyak cairan lilin yang menetes ke atas kain. Padahal sesuai instruksi kami sudah memegang canting dengan posisi 45 derajat ke atas.

Agar hasil lebih sempurna, penggoresan malam juga dilakukan bolak-balik. Setelah itu dilanjutkan dengan pelekatan cairan parafin dengan kuas dengan tujuan membingkai kain.

Berikutnya dilakukan pewarnaan. Pewarnaan sesuai pilihan, hijau, biru, coklat, merah, dll. Bilas kain dengan air bersih (dingin), masukkan ke naptol (pengikat warna), tiriskan, warnai kembali. Ini dilakukan dua kali. Pada proses pewarnaan ini, pewarna yang dipakai adalah pewarna kimia. Bisa juga dilakukan pewarnaan alami dengan daun-daunan atau kulit kayu, namun memakan waktu yang cukup lama.

Selanjutnya, pelorotan atau penghilangan lilin yang telah melekat pada kain dengan cara merebus kain, dibilas dan dijemur hingga kering.Sambil menunggu kering, semua peserta dibagikan makan siang.

Setelah semua peserta selesai dengan batiknya, diadakan pemilihan yang terbaik, peserta termuda dan terburuk. Yang lucu saat pemilihan yang terburuk semua peserta mengacungkan karyanya masing-masing, karena merasa karyanya sendiri yang paling buruk karena berantakan semua ha..ha...Semua pemenang diberikan souvenir pin batik, dan lima peserta terbaik diberikan tambahan hadiah berupa workshop pewarnaan alami di Museum Batik. Wuiih asyik.

Acara diteruskan dengan mengelilingi Museum Batik ini, dipandu oleh guide yang menerangkan berbagai tekstil yang ada di Nusantara. Dimulai dengan Galeri Batik yang sejuk dan nyaman. Galeri yang diresmikan pada tanggal 2 Oktober 2010 dalam rangka meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap Batik Indoneia sebagai World Heritage ini, menampilkan sejumlah batik kuno dan perkembangan batik dari masa-ke masa. Juga merupakan embrio dari Museum Batik Nasional yang dikelola Yayasan Batik Indonesia bekerjasama dengan Museum Tekstil, Jakarta.

Selanjutnya ke bangunan utama museum dimana dipamerkan berbagai tekstil Indonesia, seperti tenun, sulaman, dan lain-lain. Koleksi Museum Tekstil sendiri berjumlah 1914 koleksi, terdiri dari 680 koleksi batik, 761 koleksi kain tenun, 313 koleksi campuran, 60 koleksi peralatan, seperti canting, cap, alat tenun, dll, 100 koleksi busana dan tekstil kontemporer.

Setelah berkeliling, kami pun beristirahat sejenak untuk tur selanjutnya ke Musoleum O.G. Khouw di TPU Petamburan yang terletak tidak jauh Museum Tekstil.

Museum Tekstil, Jakarta

Jl. Aipda K.S. Tubun No. 2-4, Jakarta Barat 11420

Telp.: (021) 560-6613, Fax : (021) 5654401

e-mail: mus_tekstil@yahoo.co.id

Jam Operasional :

Selasa-Minggu : 09.00-15.00 WIB

Senin : Tutup

Harga Tiket :

  • Perorangan : Dewasa : Rp2.000, Pelajar : Rp1.000, Anak-anak : Rp600
  • Kelompok : Dewasa : Rp1.500, Pelajar : Rp750, Anak-anak : Rp500

Transportation:

1. Kowantas Bima 102 Ciputat-Tanah Abang,

Lewat Pasar Jum’at, Pondok Indah,Radio Dalam, Gandaria, Hang Lekir, Pakubuwono, Asia Afrika, TVRI, Gatsu, bunderan Slipi, KS Tubun (tapi tidak pernah sampai Tanah Abang, muter di KS Tubun aja, jalan dikit)

2. Mikrolet : M 11 : Meruya - Tanah Abang,

Lewat Kebon Jeruk, Batu Sari, Slipi, KS. Tubun –turun di depannya

3. Transjakarta Koridor 9 Pinang Ranti-Pluit

Turun di halte Slipi Petamburan (perempatan Slipi-Palmerah), disambung Mikrolet M11 atau Koantas Bima 102

Sumber :

- Museum Tekstil, Jakarta

- http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Tekstil

- Foto : pribadi

Komentar

Postingan Populer