Musoleum OG Khouw

Setelah belajar membatik dan berkeliling Museum Tekstil, komunitas Love Our Heritage mengajak para peserta untuk mengunjungi Musoleum O.G Khouw yang terletak di TPU Petamburan, tidak jauh dari Museum Tekstil dengan menumpang Mikrolet.

Dari tepi jalan, TPU ini tidak terlalu kelihatan karena tertutup oleh bangunan kantor TPU. Begitu kami memasuki areal pemakaman ini, terlihat sebuah bangunan berkubah megah yang terbuat dari marmer berwarna hitam. Itulah Musoleum OG Khouw.


Siapakah OG Khow atau Oen Giok Khow itu??

OG Khow adalah seorang tuan tanah di sekitar Tambun yang memiliki perkebunan tebu yang luas. Dilahirkan pada 13 Maret 1874. Ia mempunyai 2 orang saudara Khow Oen Kiam dan Khouw Oen Hoei.

Perihal penamaan, menurut adatT ionghoa, nama marga diletakkan di depan nama, tetapi karena OG Khow berpendidikan Belanda, maka ia mengikuti cara penamaan orang Belanda dimana nama marga diletakkan di belakang.

OG Khouw merupakan ketua hospital fonds (penyandang dana) Jang Seng Ie (RS Husada) saat rumah sakit tersebut akan dibangun, memiliki Than Kie Bank di Jalan Pintu Besi dan rumahnya yang terletak di Jalan Pinangsia, dijadikan sekolah HCS (Hollandsche Chinese School) pertama yang berdiri di Batavia 1908.

Wafat di Ragaz, Swiss pada 1 Mei 1927. Dimakamkan bersama isterinya yang bernama Lim Sha Nio, lahir 9 Juni 1879 dan wafat 18 Agustus 1957. Mereka tidak dikarunia keturunan.

Musoleum OG Khow ini pada masa pembangunannya menghabiskan dana 200.000 gulden, dikerjakan oleh Ai Marmi Italiani. Konon makam ini bahkan lebih mewah dari makam Rockefeller, milyarder Amerika Serikat.


Musoleum ini dilapisi marmer hitam yang didatangkan langsung dari Italia. Dihiasi oleh patung-patung di keempat sisinya. Di kanan dan kiri bangunan ada anak tangga menurun yang mengarah ke bunker, tempat penyimpanan jenazah suami istri Khouw.

Menurut komunitas LOH, dahulu ada sebuah generator yang berfungsi untuk menaik-turunkan makam ke atas. Sayangnya generator tersebut sudah tidak berfungsi lagi.

Sebelum dibersihkan dan diperbaiki oleh Komunitas Love Our Heritage, keadaan Musoleum ini sangat mengkhawatirkan. Di bunker sering tergenang air, gelap dan kotor. Sekarang bagian bunker sudah dilengkapi dengan pintu, penerangan, saluran air sudah dibersihkan sehingga jika hujan, air tidak menggenang. Namun demikian, masih dibutuhkan perhatian dan perawatan untuk menjaga kelestarian bangunan ini.

Selain Musoleum OG Khouw, di kompleks pemakaman ini juga terdapat beberapa makan yang menarik untuk dikunjungi.

Di sebelah Musoleum OG Khouw, ada makam Mayor Khouw Kim An (1876-1945), Kapiten terakhir Tionghoa. Beliau dimakamkan bersama isterinya Phoa Tji Nio. Khouw Kim An merupakan salah seorang pendiri organisasi modern pertama di Indonesia, Tionghoa Hwe Kuan (THHK). Gedung bersejarah Candranaya di jalan Gajah Mada yang terkangkangi oleh apartemen mewah merupakan rumah peninggalan keluarga Khouw Kim An.

Kemudian masih di TPU Petamburan, ada juga rumah abu untuk para tentara Jepang yang tewas pada PD II. Rumah abu ini masih dirawat dengan baik oleh Kedubes Jepang. Tak jauh dari sana, juga ada sebuah makam bergaya khas Jepang untuk seorang Jenderal Jepang.

Terakhir adalah adanya beberapa makam Yahudi, yang ditandai dengan bentuk makam yang unik berbentuk prisma segilima, dengan lambing bintang David dan aksara Yahudi pada makam tersebut.

Setelah puas berkeliling, acara pun usai.

Musoleum OG Khouw

TPU Petamburan

Jl. Aipda K.S. Tubun, Jakarta Barat (depan Restoran Sinbad)

Transportation:

1. Kowantas Bima 102 Ciputat-Tanah Abang,

Lewat Pasar Jum’at, Pondok Indah, Radio Dalam, Gandaria, Hang Lekir, Pakubuwono, Asia Afrika, TVRI, Gatsu, bunderan Slipi, KS Tubun (turun di depan Restoran Sinbad, TPU ada diseberang jalan)

2. Mikrolet : M 11 : Meruya - Tanah Abang,

Lewat Kebon Jeruk, Batu Sari, Slipi, KS. Tubun –turun di depannya

3. Transjakarta Koridor 9 Pinang Ranti-Pluit

Turun di halte Slipi Petamburan (perempatan Slipi-Palmerah), disambung Mikrolet M11 atau Koantas Bima 102

Sumber :


- Setyautama, Sam, 2008. Tokoh-tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia, hal. 128, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

- Komunitas Love Our Heritage

- Foto: Pribadi


Komentar

Postingan Populer